Sabtu, 19 Juli 2014

Mengapa pembelejaran terpadu?


Mengapa Pembelajaran Terpadu Diperlukan?
Timbul pertanyaan mendasar, perlukah kita memadukan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain, atau satu mata pelajaran dengan bahan ajar tertentu, sehingga menjadi satu proses pembelajaran yang dilaksanakan secara terpadu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, setidaknya ada dua alasan utama mengapa diperlukan pembelajaran terpadu yaitu:
1.      Empirik
Pada hakikatnya pengalaman hidup ini sifatnya kompleks dan terpadu, karena menyangkut berbagai aspek yang saling terkait. Kita pergi ke pasar adalah satu contoh kompleksitas pengalaman hidup yang menyangkut banyak hal meliputi: sosial (berhubungan dengan orang lain), ekonomi (memenuhi kebutuhan rumah tangga), matematika (terkait dengan hitung-menghitung harga), biologi (tekait dengan soal barang dan bahan yang kita beli), dan sebagainya. Proses pembelajaran di sekolah selayaknya dilaksanakan dengan meniru model pengalaman hidup dalam masyarakat, karena proses pembelajaran yang demikian lebih sesuai dengan realitas kehidupan kita. 
2.      Teoritis Ilmiah
Situasi dan permasalahan kehidupan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Komputer dan handphone adalah  sebagian contoh peralatan teknologi informasi dan komunikasi yang tidak terlepas dari kehidupan kitasehari-hari. Sangatlah beralasan jika bahan ajar di sekolah harus diperkaya dengan muatan-muatan yang berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru.
            Dengan semakin banyaknya permasalahan yang timbul dalam kehidupan, banyak materi baru yang diusulkan oleh masyarakat untuk dimasukkan dalam kurikulum sekolah, misalnya lingkungan hidup, ilmu kelautan, pengetahuan tentang narkoba, masalah HIV dan AIDS, pendidikan moral dan budi pekerti, keimanan dan ketaqwaan, reproduksi sehat dan pendidikan seks, bursa efek, dan masih banyak lagi. Untuk memasukkan hal-hal tersebut menjadi mata pelajaran tersendiri, sudah tentu tidak mungkin. Dengan kata lain, muatan ilmu pengetahuan yang semakin bertambah itu tidak mungkin dapat dimasukkan ke dalam kurikulum menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan satu organisasi kurikulum yang isinya lebih merupakan pilihan bahan ajar yang secara khusus dipersiapkan sebagai menu untuk proses pembelajaran. Dari sinilah muncul penggabungan mata pelajaran yang melahirkan kurikulum terpadu (integrated curriculum), dan kemudian melahirkan kurikulum inti (core curriculum). Para pengembang kurikulum berfikir perlunya back to basic dalam proses pengembangan kurikulum.  
                Dalam pelaksanaan kurikulum, muncullah model pembelajaran terpadu, dengan tujuan agar proses pembelajaran dapat mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta permasalahan yang begitu kompleks dalam masyarakat. Artnya, proses pembelajaran tidak dilaksanakan menggunakan kacamata kuda, yaitu tanpa melihat kiri-kanan atau hanya melihat satu disiplin ilmu tanpa mengaitkannya dengan kehidupan dalam arti luas. Dalam proses pembelajaran para guru seharusnya berusaha mengaitkan mata pelajaran tersebut dengan mata pelajaran atau bahan ajar  lain yang berhubungan dengan  kehidupan masyarakat (kontekstual). Tanpa mengaitkan mata pelajaran dengan konteks kehidupan yang nyata dalam masyarakat, maka proses pembelajaran akan menjadi hambar dan kurang bermakna bagi bekal kehidupan anak.
               Beberapa model pembelajaran terpadu dapat diuraikan secara garis besar sebagai berikut:
Pertama, model pembelajaran terpadu antara dua mata pelajaran dalam struktur kurikulum yang berlaku. Misalnya antara mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran Bahasa Indonesia, atau mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dsb.
Kedua, model pembelajaran terpadu antara satu mata pelajaran tertentu dengan bahan ajar yang tidak berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, misalnya antara mata pelajaran Pendidikan Agama dengan bahan ajar pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup, antara mata pelajaran Biologi dengan pendidikan reproduksi sehat dan HIV/AIDS, antara mata pelajaran PPKn dengan bahan ajar pendidikan budi pekerti, mata pelajran Bahasa Indonesia dengan bahan ajar keimanan dan ketaqwaan, dsb.
Ketiga, model pembelajaran terpadu beberapa mata pelajaran, yaitu lebih dari dua mata pelajaran dipadukan, misalnya mata pelajaran Matematika, Sains, Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian yang dimasukkan ke dalam satu proyek kegiatan pembelajaran (metode proyek).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar