Minggu, 20 Juli 2014

Apa, bagaimana pembelajaran terpadu?



Menurut Jamil Suprihatiningrum (2013: 252), pembelajaran terpadu adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi. Pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari secara integral melalui pengalaman langsung dan menghubungkanya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
          Menurut Deni Kurniawan (2011:77), pembelajaran terpadu adalah salah satu bentuk atau model dari pembelajaran terpadu, yaitu model terjala (webbed). Pembelajaran terpadu menekankan pola pengorganisasian materi yang terintegrasi dipadukan oleh suatu tema. Tema diambil dan dikembangkan dari luar mata pelajaran, tapi sejalan dengan kompetensi dasar dan topik-topik (standar isi) dari mata pelajaran.
          Menurut Joni (Trianto 2013: 56), pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik (tema) menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.
          Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan berbagai bidang studi dengan menekankan pola pengorganisasian materi yang terintegrasi dipadukan oleh suatu tema, yang memberikan pengalaman kepada siswa untuk aktif mencari, menggali, dan  menemukan konsep serta siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkanya dengan konsep lain yang mereka pahami.

Pembelajaran IPA



Pembelajaran IPA
          Menurut Trianto (2013: 136), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah serta rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
          Menurut BSNP (2006: 1), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan mampu menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
          Menurut Kardi dan Nur (Trianto, 2013: 136), IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.
          Beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam yang dapat diamati indera atau tidak dapat diamati dengan indera dan gejala-gejalanya secara sistematis melalui metode ilmiah bukan hanya fakta, konsep dan prisip tetapi menghasilkan  produk sains dan berisi kumpulan pengetahuan, cara untuk penyelidikan dan sebagai proses ilmiah.

Menurut Hardini dan Puspitasari (2012: 151), mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
  1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya. 
  2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 
  3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat,
  4.  Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi. 
  5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. 
  6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 
  7. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. 
           Menurut Hardini dan Puspitasari (2012:152) ada beberapa tekenik penyajian pemebelajaran    IPA sebagai berikut; 
               1) inquiri atau menemukan, 
               2) SETS atau Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat, 
               3) pemecahan masalah, 
               4) diskusi, 
               5) tanya-jawab,
               6) penugasan, 
               7) karya wisata,
               8) demonstrasi.

Sumber : 
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari.  2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep & Implementasi). Yogyakarta: Famillia (Group Relasi Inti Media).


Sabtu, 19 Juli 2014

Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu

          Standar kompetensi dan kompetensi dasar dikembangkan dalam bidang kajian, namun pada tingkat pelaksanaan guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya untuk mencapai kompetensi tersebut. Salah satu contoh yang dikembangkan dalam model ini adalah guru dapat mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema sebaiknya dilakukan pada jenjang kelas yang sama dan masih dalam lingkup.
               Kekuatan yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain sebagai berikut.
  1. Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena beberapa bidang kajian dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
  2. Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep.
  3. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
  4. Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan  pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
  5. Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan

Perencanaan Pembelajaran Terpadu


Pengembangan pembelajaran terpadu dapat berupa contoh, aplikasi, pemahaman, analisis, dan evaluasi. Konsep-konsep dapat dipadukan dari semester yang berlainan yang pembelajarannya dapat dilaksanakan pada semester yang sama dengan tidak meninggalkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada semester lainnya. Ada berbagai model dalam mengembangkan pembelajaran Terpadu yang dapat dilihat pada alur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu berikut ini:

Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu

Langkah 1:
Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan. Pada saat menetapkan beberapa bidang kajian yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik dan kebermaknaan belajar.

Mengapa pembelejaran terpadu?


Mengapa Pembelajaran Terpadu Diperlukan?
Timbul pertanyaan mendasar, perlukah kita memadukan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain, atau satu mata pelajaran dengan bahan ajar tertentu, sehingga menjadi satu proses pembelajaran yang dilaksanakan secara terpadu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, setidaknya ada dua alasan utama mengapa diperlukan pembelajaran terpadu yaitu:
1.      Empirik
Pada hakikatnya pengalaman hidup ini sifatnya kompleks dan terpadu, karena menyangkut berbagai aspek yang saling terkait. Kita pergi ke pasar adalah satu contoh kompleksitas pengalaman hidup yang menyangkut banyak hal meliputi: sosial (berhubungan dengan orang lain), ekonomi (memenuhi kebutuhan rumah tangga), matematika (terkait dengan hitung-menghitung harga), biologi (tekait dengan soal barang dan bahan yang kita beli), dan sebagainya. Proses pembelajaran di sekolah selayaknya dilaksanakan dengan meniru model pengalaman hidup dalam masyarakat, karena proses pembelajaran yang demikian lebih sesuai dengan realitas kehidupan kita. 
2.      Teoritis Ilmiah
Situasi dan permasalahan kehidupan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Komputer dan handphone adalah  sebagian contoh peralatan teknologi informasi dan komunikasi yang tidak terlepas dari kehidupan kitasehari-hari. Sangatlah beralasan jika bahan ajar di sekolah harus diperkaya dengan muatan-muatan yang berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru.
            Dengan semakin banyaknya permasalahan yang timbul dalam kehidupan, banyak materi baru yang diusulkan oleh masyarakat untuk dimasukkan dalam kurikulum sekolah, misalnya lingkungan hidup, ilmu kelautan, pengetahuan tentang narkoba, masalah HIV dan AIDS, pendidikan moral dan budi pekerti, keimanan dan ketaqwaan, reproduksi sehat dan pendidikan seks, bursa efek, dan masih banyak lagi. Untuk memasukkan hal-hal tersebut menjadi mata pelajaran tersendiri, sudah tentu tidak mungkin. Dengan kata lain, muatan ilmu pengetahuan yang semakin bertambah itu tidak mungkin dapat dimasukkan ke dalam kurikulum menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan satu organisasi kurikulum yang isinya lebih merupakan pilihan bahan ajar yang secara khusus dipersiapkan sebagai menu untuk proses pembelajaran. Dari sinilah muncul penggabungan mata pelajaran yang melahirkan kurikulum terpadu (integrated curriculum), dan kemudian melahirkan kurikulum inti (core curriculum). Para pengembang kurikulum berfikir perlunya back to basic dalam proses pengembangan kurikulum.  
                Dalam pelaksanaan kurikulum, muncullah model pembelajaran terpadu, dengan tujuan agar proses pembelajaran dapat mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta permasalahan yang begitu kompleks dalam masyarakat. Artnya, proses pembelajaran tidak dilaksanakan menggunakan kacamata kuda, yaitu tanpa melihat kiri-kanan atau hanya melihat satu disiplin ilmu tanpa mengaitkannya dengan kehidupan dalam arti luas. Dalam proses pembelajaran para guru seharusnya berusaha mengaitkan mata pelajaran tersebut dengan mata pelajaran atau bahan ajar  lain yang berhubungan dengan  kehidupan masyarakat (kontekstual). Tanpa mengaitkan mata pelajaran dengan konteks kehidupan yang nyata dalam masyarakat, maka proses pembelajaran akan menjadi hambar dan kurang bermakna bagi bekal kehidupan anak.
               Beberapa model pembelajaran terpadu dapat diuraikan secara garis besar sebagai berikut:
Pertama, model pembelajaran terpadu antara dua mata pelajaran dalam struktur kurikulum yang berlaku. Misalnya antara mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran Bahasa Indonesia, atau mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dsb.
Kedua, model pembelajaran terpadu antara satu mata pelajaran tertentu dengan bahan ajar yang tidak berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, misalnya antara mata pelajaran Pendidikan Agama dengan bahan ajar pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup, antara mata pelajaran Biologi dengan pendidikan reproduksi sehat dan HIV/AIDS, antara mata pelajaran PPKn dengan bahan ajar pendidikan budi pekerti, mata pelajran Bahasa Indonesia dengan bahan ajar keimanan dan ketaqwaan, dsb.
Ketiga, model pembelajaran terpadu beberapa mata pelajaran, yaitu lebih dari dua mata pelajaran dipadukan, misalnya mata pelajaran Matematika, Sains, Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian yang dimasukkan ke dalam satu proyek kegiatan pembelajaran (metode proyek).

Pembelajaran Terpadu

Ragam Model Pembelajaran Terpadu
Menurut Fogarty dalam bukunya How to Integrate the Curricula, ada 10 macam model pembelajaran terpadu, seperti : fragmented (penggalan), connected (keterhubungan), nested (sarang), sequenced (pengurutan), shared (irisan), webbed (jaring laba-laba), threaded (bergalur), integrated (terpadu), immersed (terbenam), dan networked (jaringan kerja). Model-model tersebut dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut:

1.      Fragmented (Penggalan)
Model Fragmented adalah model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru.
Kelemahan model ini adalah siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
Keunggulan model ini adalah guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.

2.   Connected  (Keterhubungan)
Model Connected adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan keteramilan yag lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkna ide-ide yang dipelajari pada satu semester berikutnya dalam satu bidang studi.
Keunggulan model ini adalah siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
Kelemahan model ini adalah guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.

3.      Nested (Sarang)
Model Nested adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada satu mata pelajaran saja. Tetapi materi pelajaran masih ditempatkan pada prioritas utama yang kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. Model ini dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur.
Keunggulan model ini adalah kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang.
Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan.

4.      Sequenced (Pengurutan)
Model Sequenced adalah model pembelajaran yang topik atau unit yang disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling mendukung.
Keunggulan model ini adalah dalam penyusunan urutan topik, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah tercantum dalam kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topic yang berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami isi dari mata pelajaran tersebut.
Kelemahan model ini adalah perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang ssatu dengan konsep yang lainnya.